Jika itu akan terjadi dan menimpa dirimu maka hal itu tak akan luput darimu. Begitu pula sebaliknya, jika hal itu tak akan menimpa dan tak akan terjadi padamu, maka hal itu akan luput darimu. Dan itulah takdir. Tak ada yang tahu dengan suara takdir, hanyalah Dia pencipta kita Dzat Yang Maha Tahu. Ada sebuah fragmen kisah atau sebuah dongeng. Ini kisah tentang satu keluarga Mina dan Alex.
Entah apa yang akan dilakukan oleh Mina seorang wanita yang mempunyai indra keenam. Dia berpikir bahwa malaikat maut tak akan bisa mencabut nyawa suaminya yakni Alex. Mina masih ingat kejadian pada masa kecilnya, waktu malaikat maut mencabut nyawa kedua orang tuanya di depan mata kepalanya sendiri, lalu dia menantang malaikat maut dengan mencoba bunuh diri untuk bertemu Tuhan. Karena dengan cara itulah dia bisa minta kepada Tuhan agar kedua orang tuanya bisa kembali. Namun hal tersebut gagal karena dia masih takut terhadap kematian.
Sekarang Mina hidup dengan suaminya, dia merawat dan mengurus Alex yang sudah tua. Dia tak akan biarkan malaikat bahkan Tuhan sekalipun tidak bias menyentuh suaminya, karena dia tak mau kehilangan lagi keluarganya.
“Mina, kalau aku mati aku harap kamu tidak sedih terlalu lama.”
Mina tersenyum meletakkan telunjuk di bibirnya, dia berkata sambil mencium kening suaminya.
“Jangan bilang begitu, aku tak akan biarkan itu terjadi.”
Sebenarnya, Alex ingin hidup lebih lama lagi walaupun semua penyakit berebut masuk ingin membunuhnya.
“Kamu tau, sekarang malaikat maut sedang menuju kesini.”
“Apa!”
Alex tau istrinya memang memiliki penciuman dan indra ke enam. Sejak kecil bias mencium dan melihat makhluk ghaib seperti jin, malaikat dan lain-lain.
“Tidak usah cemas, aku akan carikan kamu persembunyian yang bahkan Tuhan sekalipun tidak akan tau tempat itu. ”
“Benarkah?”
“Iya! “
“Kapan aku bisa berangkat?”
“Sekarang!”
***
Tepat setelah Alex pergi jauh, Mina pun menyambut malaikat maut yang berwujud lelaki itu.
“Selamat datang, apakah anda ingin menjenguk suami saya?”
“Iya,” Jawabnya singkat.
“Silakan duduk dulu!” Tawar Mina.
“Anda pasti lelah, mau kopi? Sebentar, Mbok Naila, buatkan kopi!” lelaki itu duduk namun diam seribu bahasa.
“Maaf, siapa nama anda?” Tanya Mina.
“Kamu tidak perlu tahu siapa aku” Mina tertawa.
“Rupanya malaikat maut tidak diberi nama oleh Tuhan Ya?” Lelaki itu terkejut.
“Bagaimana kamu bisa tahu?”
“Saya Mina, anda masih ingat?”
“Mina? Oh yang semasa kecil pernah ingin bertemu Tuhan dengan mencoba menantangku lewat bunuh diri.”
“Benar, ternyata ingatan seorang malaikat memang tidak bisa pudar ya?”
“ternyata kita bertemu di sini, kau sudah tua tapi masih sehat.”
Pembantu yang bernama Naila datang membawa kopi.
“Silakan diminum!” tutur Mina.
“Jadi, punya misi apa anda dari Tuhan? Sehingga anda datang kemari, apa mungkin anda ingin membawa suami saya?” sang malaikat maut tertunduk sebentar, meminum kopi lantas memandangi Mina.
“Sebenarnya, aku tidak boleh membocorkan rahasia Tuhan.” Suasana kemudian hening sesaat.
“Tapi, aku memang sudah diperintahkan untuk mencabut nyawa suamimu.” Mina tersenyum, ia ingat dengan suaminya yang barang kali kini sudah berada jauh dari rumahnya.
“Jadi, kenapa anda tidak langsung mencabut nyawanya kalau memang itu adalah perintah Tuhan?” Malaikat itu cukup terkejut. Lantas berkata.
“Bukankah waktu kecil kamu ingin bertemu Tuhan, karena Tuhan mencabut nyawa seseorang yang kamu sayang. Namun, kenapa kamu bisa menerima seperti ini?”
“Ya… karena saya yakin, sekarang anda tidak bisa mencabut nyawa suami saya. Karena dia pergi jauh dan bahkan Tuhan sekalipun tak akan tahu tempat itu.” Malaikat itu meraih cangkir kopinya lagi. Kali ini diminum sampai tandas.
“Kamu tahu, kenapa aku tidak langsung mencabut nayawa suamimu?” Mina mengernyitkan dahi.
“Karena Tuhan member misi yang aneh.” Ujarnya lantas malaikat maut itu melanjutkannya.
“Begini, Tuhan memerintahkanku untuk mencabut nyawa suamimu kalau ia sudah berada di suatu tempat yang jauh dari rumah ini. Ini membuatku bingung padahal suamimu sakit-sakitan dan terus berbaring, aku bertanya dalam hati, bagaimana cara Tuhan memindahkan suamimu padahal dia tak bisa bergerak. Dan sekarang aku berterimakasih padamu karena kebingunganku sudah terjawab, ternyata Tuhan adalah Maha mengetahui dari mereka yang tau.” Mina terdiam seperti menahan isak tangis.
“Sepertinya aku terlalu banyak bicara, aku mau pergi dulu. Terima kasih kopinya.”
Mina terjatuh dari kursinya, ia menangis dan berpikir akan nasib Alex suaminya.
“Oh, ya sampai lupa.”
“Mina terkejut, dia melihat di daun pintu ternyata malaikat maut itu kembali lagi.
“kamu tahu alasan lain, kenapa alu tidak langsung mencabut nyawa suamimu.” Ucapnya sambil melangkah menghampiri Mina.
“Aku tidak langsung mencabut nyawa suamimu kalau kamu masih hidup.”
Nama: mohamad alfin wahyudi
Nama pena: pino al pino
Tetala: 17-september-2000