Pelukan yang Hilang di Langit Senja

Karya: Arie

Jam menunjukan pukul 08:00 tanda bel sekolah telah di bunyikan, Ryan sudah memasuki kelasnya. Begitupun dengan siswa yang lain juga ikut  memenuhi ruangan kelasnya masing-masing, para gurupun juga sudah mulai memasuki kelas dimana mereka akan mengajar. Jam berjalan dengan begitu cepat, pelajaran pertama kini telah usai, Ryan merasa ada yang menyanggal dihati kecilnya, ia terus bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, tak lama kemudian ia merasakan ketidak nyamanan yang sangat serius, dan dari arah pintu utama ada orang yang mengucapkan salam.

“Assalamualaikum, ada yang namanya Ryan?” Tanya orang itu yang kebetulan adalah bapak penjaga gerbang disekolah.

“Ia. Saya pak, ada apa ya..?” Jawabnya dengan nada yang penuh dengan rasa penasaran.

“Mari ikut saya ke bawah.” kata bapak itu sambil meminta izin kepada guru yang sedang mempunyai jadwal mengajar di kelas Ryan. Dia hanya ikut saja tanpa banyak tanya. Dari kejauhan Ryan terkejut melihat ayah angkat dan pamannya sedang menunggunya. rasa bingungpun terus tersemak dikepala Ryan. karena tidak biasanya ayah angkatnya itu menjenguk pada waktu jam sekolah berlangsung, Ketika Ryan sudah ada di hadapan kedua orang itu, dia langsung sungkem dengan takdzim pada keduanya, dan langsung menanyakan maksud mereka berdua datang kepadanya pada saat jam aktif.

“Ada apa ayah? ” Tanya Ryan singkat.

“Sekarang kamu pulang,” Ucap paman Ryan mewakili  ayah angkatnya yang dari tadi hanya diam.

“Kenapa harus pulang, kan ini masih jam sekolah” Jawab Ryan menanggapi. Paman dan ayah angkatnya itu tidak menjawab pertanyaanya kali ini. tidak mau ambil pusing Ryan langsung pamit kepada ayah dan pamannya untuk mengambil kitab dan semua buku-bukunya yang masih berada dalam kelas.

“emang Ada apa yah..? Kok harus terburu-buru seperti ini?”Sekali lagi Ayahnya hanya diam tak merespon perkataan anak angkatnya tersebut. rasa bingung dan penasaran yang Ryan rasakan kini semakin memuncak, berkali-kali dia bertanya dengan pertanyaan yang sama kepada ayah angkatnya. Namun, semua pertanyaan itu tidak di respon olehnya, Rayn di asuh oleh ayah angkatnya sejak dia masih kecil, yaitu semenjak orang tuanya hilang kabar di arab saudi.

Tak lama kemudian Ryan bersama paman dan ayah angkatnya itu sudah bersiap-siap untuk pulang, setelah mengurus surat izin yang ada di Pesantren. Mereka bertigapun berangkat menggunakan motor beat berwarna hijau. Di dalam perjalanan, Ryan tetap bertanya akan kepulangannya yang menurutnya tidak wajar, dia tidak pernah pulang dari pondoknya secara mendadak tanpa ada satu katapun yang keluar dari lisan paman dan ayah angkatnya itu. ketika di tengah perjalanan, kecuali Ryan yang terus menerus bertanya-tanya meskipun tidak pernah di respon oleh paman dan ayahnya itu.

Jalanan beraspal meraka lalui dengan berhati-hati, angin yang berhembusan dengan awan hitam yang mengambang di langit lepas menandakan bahwa hujan akan segera turun. Namun, kami tak menghentikan laju kendaraan yang berlalu lalang menyusuri lorong beraspal hitam dengan garis putih ditengahnya.

Setelah beberapa jam mereka menyusuri jalanan yang penuh dengan banyak rintangan. Akhirnya Mereka bertigapun kini telah tiba di depan rumahnya, rumah yang asalnya sepi dari kerumunan orang dan sanak saudara. Kini, mereka semua ada di sana. Ryan melihat pemandangan yang tak biasa ada di rumahnya tersebut, rasa bingung dan tanda tanya yang ada di dalam kepalanya kini semakin membesar. Tanpa fikir panjang dia bertanya kepada ayah angkatnya yang kini melihat Ryan dengan tatapan yang sangat sedih, Seakan-akan dia akan meneteskan air mata.

“Ayah, ini ada apa kok banyak orang di rumah?” Tanyanya bingung.

“Ini alasan ayah tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan kamu ketika di perjalanan tadi. Masuklah nak ibumu menunggu di dalam” Kata ayah angkatnya sambil mengelus bahu Ryan.

Mendengar perkataan ayahnya, Ryan langsung lari untuk masuk ke dalam rumah yang sudah dua bulan dia tinggalkan demi mencari ilmu di pesantren yang kebetulan tak jauh dari rumah tempat Ryan tinggal. Dia terkejut melihat pemandangan yang ada di ruang tamu. melihat ada tubuh yang kini terlentang tak berdaya yang tanpa nafas ditutupi dengan kain yang berwarna putih polos. Ryan penasaran sebenarnya siapa yang kini ada di hadapannya itu, setelah ia membuka kain putih yang menutupi seluruh tubuh itu, air mata Ryan kini tak bisa terbendung melihatnya, air mata itu terus tumpah bagaikan air hujan yang sangat deras yang akan siap membanjiri sungai.

“Ibu….bangunlah, ibu… sekarang anakmu ada disini” Teriak Ryan sambil menguncang-nguncangkan jasad ibunya yang tak bernyawa itu.

“Sabar nak. ikhlaskan saja ibumu, biarlah dia merasa tenang dialamnya,” Kata salah seorang tetangga sambil memeluk Ryan dari belakang.

Ryan hanya menangis tak merespon perkataan orang itu, ia terus mengguncang dan memeluk jasad itu tanpa mau melepaskannya sedikitpun. Air mata yang tadinya mengalir deras kini telah membasahi kain yang menutupi jasad ibunya. Ibu yang dari kecil merawatnya sampai sekarang, meskipun ibu yang kini telah tinggal jasadnya tersebut bukan ibu kandungnya. Melainkan ibu angkatnya, tapi dia sangatlah sayang seperti hal-nya dia menyayangi ibunya sendiri. Rasa terpukul dan kehilangan kini menyelimuti hati Ryan, perasaan yang tak karuan sampai menimbulkan tanda tanya besar dalam fikirannya kini telah terjawab.

“Ibu…. Ryan minta maaf, tolong maafkanlah anakmu yang selalu membuatmu khawatir ibu, ampuni semua kesalahan Ryan bu.” Teriaknya sekuat mungkin. Sampai-sampai dia taksadarkan diri dan jatuh pingsang.

“Ibu…. dimana ibuku?” Terkejut Ryan ketika sudah sadar dan terbangun dari pingsan yang cukup lama.

“Tenang nak.” Kata ayah angkatnya yang kini berada di sebelah kanannya.

Ryan kembali menangis. Tak tega melihat anaknya terus-menerus nangis, ayah angkatnya langsung memeluk dengan erat dan tanpa di sadari air mata keduanya mengalir deras melewati tebing  pipi mereka berdua hingga pakaian yang di kenakan oleh Ryan dan ayah angkatnya itu basah. Diluar sana tepatnya diruang tamu rumah mereka, lantunan surah yasin tergema dari lisan para warga dan sanak famili yang mengajikan jasad ibu angkat Ryan. Tak lama kemudian dari depan pintu kamar Ryan ada suara seorang perempuan yang mengatakan bahwa jasad ibunya akan segera dimandikan. Ryan bersama ayah angkatnya kini lekas-lekas keluar dari dalam kamar yang berisikan ibu Ryan yang sudah tidak bernyawa itu, sambil menghampiri para warga dan sanak famili yang sedang mengaji.

*****

Waktu bergulir dengan cepat, prosesi memandikan jenazah, mengafani dan juga menyolati kini telah usai, tinggal prosesi pemakaman yang akan dilaksanakan, keranda yang berisi mayat kini telah dikeluarkan dari dalam musholla. Para warga dan sanak famili sudah siap untuk mengantar jenazah ke pemakaman, begitu juga Ryan yang dari tadi pipinya masih di banjiri oleh air mata yang tidak ada henti-hentinya terus mengalir. Prosesi pemakam kini telah berlangsung, air mata Ryan kini semakin deras saat melihat wajah ibu angkatnya untuk yang terakhir kali. Tanpa sadar ia kembali pingsan untuk yang kedua kali, ia tak mengingat apapun  kecuali ibu yang dia sayangi itu, terpaksa Ryan dibawa pulang lebih dulu oleh warga karena takut akan terjadi apa-apa denganya. Setelah prosesi pemakaman selesai, kini yang tersisa hanyalah kenangan yang selalu menyelimuti fikiran Ryan, kenangan bersama ibu angkatnya, ibu yang sudah merawat serta menjaganya mulai dari kecil sampai dewasa seperi sekarang ini.

Sejak sepeninggalan ibu angkatnya, Ryan  sekarang hanya hidup dan di besarkan oleh ayah angkat dan pamannya, dia terus belajar dengan giat demi mencapai cita-cita yang dia dambakan agar bisa membuat ibunya tersenyum bahagia walaupun sekarang alamnya sudah berbeda.  

imabajogja

Tempat Informasi IMABA YOGYAKARTA

One thought on “Pelukan yang Hilang di Langit Senja

  • Pecinta senja
    Desember 24, 2024 at 8:05 am

    Keren

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Required fields are marked *.

*
*